Bukan Main, PSIS Semarang Kena Sanksi Main Tanpa Penonton Sampai Akhir Musim

PSIS Semarang
Sumber :
  • psis.co.id

VIVA Gorontalo – PSIS Semarang harus menerima kenyataan pahit. Tim berjuluk Laskar Mahesa Jenar itu disanksi main tanpa penonton sampai akhir musim BRI Liga 1 2023/24.

Sanksi ini merupakan imbas dari kericuhan suporter yang terjadi pada laga PSIS Semarang melawan PSS Sleman pekan ke-21.

Komite Disiplin (Komdis) PSSI menjatuhi sanksi berat kepada PSIS Semarang lantaran hal yang sama pernah terjadi sebelumnya.

Sebab itu, Komdis PSSI menjatuhi sanksi pertandingan tanpa penonton kepada PSIS Semarang sesuai dengan Kode Disiplin PSSI Tahun 2023.

"Merujuk kepada Pasal 70 Ayat 1, Ayat 4 dan Lampiran 1 Nomor 5 Kode Disiplin PSSI Tahun 2023, Klub PSIS Semarang dikenakan sanksi larangan menyelenggarakan pertandingan dengan penonton saat menjadi tuan rumah, sejak keputusan ini diterbitkan dan berlaku pada pertandingan terdekat sampai dengan Kompetisi BRI Liga 1 Tahun 2023-2024 berakhir," begitu isi surat Komdis PSSI.

Denda besar

Komdis PSSI bukan cuma menghukum Carlos Fortes dkk bertanding tanpa penonton hingga akhir musim.

Tim yang sedang dalam tren positif ini juga dikenakan denda yang tidak sedikit yakni Rp25 juta.

Bagaimana tanggapan klub?

PSIS Semarang tidak tinggal diam. Menanggapi hal itu, CEO PSIS Semarang Yoyok Sukawi mengaku tidak terima atas keputusan Komdis PSSI.

Hukuman tersebut dianggap sangat berat dan tidak memenuhi rasa keadilan. PSIS Semarang, kata dia, sebenarnya menjadi korban dari ulah oknum suporter lawan. 

"Yang kami sesalkan, kami itu justru jadi korban disini, kenapa justru dihukum seberat itu. Usaha Panpel juga sudah maksimal, dari awal hingga pada saat kejadian gerak cepat dan apa yang terjadi di stadion bisa segera diatasi dengan baik," kata Yoyok, tegas.

Apa yang akan dilakukan?

Yoyok memutuskan untuk tidak tinggal diam. Pertandingan tanpa penonton benar-benar sulit bagi PSIS Semarang.

Dalam surat Komdis PSSI, PSIS Semarang diperbolehkan mengajukan banding atas hukuman tersebut.

"Semoga masih ada titik cerah bagi kami untuk mendapatkan keadilan," tutup Yoyok Sukawi.