Boleh Ditiru, Ini Rahasia Sukses Orang Jepang yang Jarang Diketahui

Orang Jepang
Sumber :
  • U-Report

Gorontalo – Sudah menjadi hal yang biasa ketika kita mendengar tokoh sukses dunia berasal dari negara jepang.

Coach Justin Puji Shin Tae-yong Usai Timnas Indonesia U-23 Lolos Perempat Final: Anda Luar Biasa

Sederet nama seperti Tadashi Yanai, Hiroshi Mikitani, Keiichiro Takahara dan lain sebagainya.

Rasa-rasanya, ada banyak sekali orang Jepang yang sukses di dunia ini. Nah, tidakkah Anda penasaran mengulik rahasia kesuksesan mereka? 

Kata STY Soal Performa Timnas Indonesia U-23: Butuh Waktu 4 Tahun

Berikut ini rahasia sukses orang Jepang yang jarang diungkap.

 

1. Tidak Konsumtif dan Mempergunakan Uang dengan Bijak

Timnas Indonesia U-23 Tunggu Hasil Jepang U-23 Vs Korea Selatan di Perempat Final Piala Asia U-23

Siapa yang tidak mengenal merk-merk peralatan elektronik termutakhir asal Jepang? Siapa juga yang tidak akrab dengan merk-merk kendaraan dari negeri sakura ini?

Di Indonesia, mayoritas masyarakat menggunakan perangkat elektronik dan kendaraan produksi Jepang, yang memang terkenal akan kualitasnya, walaupun memang harganya cenderung lebih mahal.

 

Tetapi ternyata, orang-orang Jepang lebih memilih untuk menggunakan perangkat elektronik sesuai dengan kebutuhan dan bukan trend.

Mereka juga kebanyakan memilih untuk menggunakan sarana transportasi umum ketimbang kendaraan pribadi.

Budaya tidak konsumtif ini membuat orang Jepang dapat menyimpan uangnya dengan efektif, dan mereka hanya akan menggunakannya untuk keperluan yang benar-benar penting, seperti biaya sekolah atau investasi. 

 

2. Bekerja Lebih Keras dari Orang Lain

Semua orang tahu bahwa bangsa Jepang adalah bangsa pekerja keras. Tetapi tahukah Anda, bahwa rata-rata jam kerja para pegawai di Jepang mencapai 2.450 jam per tahunnya, jauh melebihi jam kerja pegawai di Inggris yang hanya 1.911 jam per tahun?

Hal ini berdampak pula pada kecepatan kerja orang Jepang; di saat pekerja di Negara lain membutuhkan waktu 47 hari untuk merakit sebuah mobil, para pekerja Jepang mampu membuat mobil yang sama hanya dalam waktu 9 hari saja!

Imbasnya, memang tidak ada istilah “pulang on time” bagi para pekerja Jepang. Mereka bisa bekerja sepanjang hari sampai tengah malam, dan kembali ke kantor keesokan harinya.

Bahkan, jika ada pekerja yang pulang lebih cepat dari yang lainnya, ia bisa dianggap sebagai pekerja yang kurang dibutuhkan di perusahaannya.

3. Memperkaya Pengetahuan dengan Membaca

Anda tentu akrab dengan pepatah buku adalah jendela dunia. Karenanya, kunci mendapatkan pengetahuan yang luas akan berbagai hal adalah dengan membaca.

Tahukah Anda, bahwa Jepang mungkin memiliki jumlah penduduk terbanyak yang menjadikan membaca seolah sebagai kebutuhan primer mereka?

Jika Anda berkesempatan berkunjung ke Jepang dan menggunakan sarana transportasi umum, Anda akan mendapati sebagian besar orang menghabiskan waktunya di jalan dengan membaca, bukan dengan tidur atau memainkan smartphone-nya.

Bukan hanya itu, di sela-sela jam istirahat kantor pun, para pegawai Jepang selalu menyempatkan diri untuk membaca.

 

4. Senantiasa Mengedepankan Budaya Malu

 

Pada era samurai, tentara yang kalah berperang akan melakukan Harakiri, yaitu bunuh diri dengan menusukkan pedangnya ke perut.

Di era modern, para pejabat di pemerintahan melakukan “bunuh diri karir” dengan mengundurkan diri jika merasa gagal atau tersandung kasus.

Semua ini karena orang Jepang menjunjung tinggi budaya malu; malu karena tidak dapat memberikan hasil yang terbaik.

Karenanya, orang Jepang selalu berjuang untuk melaksanakan tugasnya; karena pilihannya adalah sukses atau “mati”.

 

5. Membiasakan Diri untuk Mandiri

 

Anak-anak di Jepang sejak usia dini sudah digembleng untuk menjadi pribadi yang mandiri dan tidak merepotkan orang lain. Ketika masuk ke taman kanak-kanak, anak-anak Jepang sudah terbiasa untuk membawa perlengkapan sekolahnya sendiri, mulai dari tas yang berisi buku-buku pelajaran, makan siang, sampai pakaian ganti.

 

 

Selain itu, remaja-remaja Jepang berhenti meminta uang kepada orang tua begitu memasuki masa SMA. Mereka mencari uang untuk membiayai sekolah dan hidup mereka dengan bekerja paruh waktu. Kalaupun kehabisan uang, mereka akan meminjam kepada orang tuanya untuk dikembalikan di masa yang akan datang. Luar biasa, ya?