Soekarno, Insiden Mati Lampu, Protes Komunitas Arab di Gorontalo
- koleksi keluarga Kepala Daerah Sulawesi Utara, Syam Biya.
Insiden mati lampu
Malam tiba, seragam khas kepresidenannya bergaya militer lengkap dengan peci hitam sebagai mahkotan, Soekarno menghadiri malam kesenian di rumah Residen Koordinator Wartabone.
Panitia penyambutan menampilkan tarian adat Tidi Lo Polopalo yang dibawakan oleh perempuan-perempuan Gorontalo lengkap dengan balutan busana bersulam benang emas dan hiasan kepala berwarna senada.
Sedang asyik-asyiknya menikmati pertunjukan, listrik tiba-tiba padam. Ketika semua orang panik, sang putra fajar-julukan Soekarno-menanggapinya dengan santai.
Meski begitu, insiden mati lampu itu berujung penangkapan Kepala Perusahaan Negara untuk Pembangkitan Tenaga Listrik atau PENUPETEL (sekarang PLN). Kepala PLN dianggap telah menyabotase listrik.
Besoknya, Rabu, 21 November 1951, rapat umum raksasa kembali digelar di gedung bioskop Ideal yang berada sebelah Barat alun-alun kota. Soekarno membius rakyat yang hadir dengan pidatonya yang menggelegar.
“Persatuan Indonesia dan Negara nasional yang tidak hanya mengenal kemakmuran tetapi juga keadilan sosial: negara adil makmur. Indonesia atau lebih tepatnya orang Indonesia harus menjaga kemakmuran sendiri," kata Soekarno.