Tradisi Beli Baju Lebaran: Mirip Perayaan Tahun Baru Eropa, Sudah Ada Sejak 1596

Ilustrasi beli baju lebaran
Sumber :
  • Sahijab.com

Gorontalo – Salah satu kegiatan yang tidak pernah luput menjelang lebaran adalah membeli baju baru atau baju lebaran.

8 Penyakit yang Sering Kambuh Setelah Lebaran, Bagaimana Mengatasinya?

Bagi kebanyakan orang tanpa baju baru atau baju lebaran, lebaran dirasa lain atau kurang.

Namun, sebagian orang juga menganggap tradisi ini tidak begitu penting lantaran bukan esensi dari bulan Ramadan.

3 Keutamaan Puasa Syawal: Ladang Berkah Setelah Ramadan

Terlepas dari itu, menarik untuk mencari tahu sejak kapan tradisi ini berlangsung? Untuk menemukan jawabannya baca sampai habis artikel ini.

Seperti dikutip Sahijab.com dari buku berjudul Sejarah Nasional Indonesia (Poesponerogo dan Notosusanto), tradisi beli baju lebaran ini sudah ada sejak tahun 1596.

8 Strategi Efektif Biar Tetap Produktif Saat Berpuasa

Tradisi ini bermula dari keluarga Kesultanan Banten

Saat itu, keluarga Kesultanan Banten selalu bermimpi menyambut Idulfitri dengan keadaan suci, bersih.

Nah, bagi mereka keadaan suci dan bersih itu ditandai dengan memakai baju baru.

Kebiasaan ini lama-lama diikuti oleh masyarakatnya. Setiap menjelang Idulfitri, masyarakat Banten berbondong-bondong membeli baju baru.

Adapula yang hanya membeli kain, kemudian dijahit menjadi baju baru.

Mirip perayaan tahun baru Eropa

Semen dari buku Islam di Hindia Belanda, Penasihat Urusan Pribumi untuk Pemeritah Kolonial Belanda, Snounk Hurgronje mengatakan bahwa kegiatan belu baju lebaran mirip dengan tradisi perayaan tahun baru Eropa.

Snouck mencatat tradisi ini sudah muncul sejak awal abad ke-20.

“Lebih banyak uang dikeluarkan di Betawi dibandingkan dengan kebanyakan tempat lain karena pembelian petasan, pakaian dan makanan pada hari Lebaran,” kata Snouck.

Yang paling mencolok saat itu adalah baju lebaran para bupati dan kepala wilayah. 

Mereka melengkapi baju baru mereka dengan kain pantolan berbenang emas, lengkap dengan sepatu bot mirip penampilan Eropa.

Untuk rakyat biasahanya sedikit pilihan yakni pakaian baru bergaya Arab. Namun, di tahun 1900 pilihannya mulai beragam.

TIdak bisa dimungkiri jika tradisi ini berimbas pada pertumbuhan industri tekstil di Hindia Belanda waktu itu. Alhasil, pasar makin luas.

Dari fenomena ini pula para pedagan baju menjadikan waktu menjelang lebaran sebagai masa penjualan terbaik.