Tidak Semua Hal Bisa Dipaksa untuk Terus Diperjuangkan
- Pixabay
Obrolan melompat jauh dari pekerjaan ke sesi curhat gara-gara Budi mengorek status Darwis di story WatsApp. Darwis sebenarnya enggan membahasnya. Namun, dia juga tak bisa berbohong butuh teman curhat. Setidaknya bisa membantu menyeduh gaduh di hati menjadi teduh dalam diri.
Diceritakanlah semua ke Budi. Emosinya meletup-letup. Sepanjang cerita batinnya bak terbelah dua. Mulutnya berujar ke Budi, matanya menjarah sunyi di seberang jalan.
“Seandainya waktu bisa diretas, saya ingin tahu bagaimana ujung dari hubungan ini!” kata Darwis.
“Bung, lihat pengunjung kedai di sekeliling kita. Tiba waktu habis, mereka akan pulang setelah membayar tagihan. Sama kayak kita. Sebentar lagi fajar memberitahu pagi telah tiba. Itu tandanya kita harus pulang, menghentikan drama ini,” jawab Budi.
“Hah? Maksudnya?” Kali ini sorot mata Darwis tertuju pada Budi.
“Lebih tepatnya istirahat, Bung.” Budi terkekeh.
“Bud, masalahnya hubungan ini sudah bertahun-tahun, tapi belum juga putus di pelaminan. Kalah sama yang baru sebulan, dua bulan pacaran bisa langsung nikah. Lah, saya, yang cita-citanya cuma nabung untuk nikah bisa apa?” bantah Darwis tidak sepakat.
Budi cuma geleng-geleng kepala.