Pelaut Ulung dan Lika-liku Menggeluti Profesi Sebagai Pengepul Gurita
- Jalipati Tuheteru/JAPESDA
“Saya pun ikut menyampaikan ke mereka (nelayan) seperti apa kriteria gurita masuk kategori lokal atau tidak. dari berbagai pengalaman yang ada, saya terus berusaha dan belajar. Sehingga sampai saat ini saya masih tetap membeli gurita”.
Awal menjalani bisnis gurita, ia membatasi jumlah gurita yang masuk. Sebabnya, dia menampung selama 2-3 hari, menurutnya itu cukup berisiko untuk menjaga kualitas gurita. Setelahnya gurita segera dijual di pengepul besar. Dalam sekali jual ia biasanya memasok 60-80 kg. Jumlah paling sedikit 40 sampai 50 kg.
Berbeda dengan saat ini. Setiap hari ia mampu menjual dengan jumlah yang besar 100 kg hingga 150 kg per hari, sedangkan paling sedikit 50 kg sampai 80 kg per hari. Tanpa harus menunggu waktu 2 sampai 3 hari lagi demi menjaga kualitas.
Peningkatan penjualannya, berbanding lurus dengan jumlah penangkap gurita yang semakin banyak. Walaupun yang ditangkap tidak berukuran besar, tapi jumlahnya cukup banyak. Berbeda dengan beberapa tahun silam, gurita berukuran besar cukup banyak, namun tidak banyak yang memasukkan gurita di pengepul kepadanya.
“Dulu pendapatan setiap bulan sedikit. Hanya 3 Jutaan, tapi sekarang ini bisa sampai 2 kali lipat pendapatan per bulan. Bisa sampai 7 juta rupiah sampai 8 juta rupiah per bulannya,” kata puah kelsi menghitung-hitung pendapatannya.
Merugi adalah satu dari sekian banyak tantangan yang harus dihadapi dalam menjalankan usaha pengepul. Ya, tentu sejak 2018 Puah Kelsi Sudah merasakan beragam lika-liku yang harus ia lewati. Jatuh bangun bahkan gulung tikar sudah dianggap biasa bagi banyak pengepul kecil di desanya.
Persaingan harga antar pengepul misalnya. Perbedaan selisih harga sedikit saja mampu menggiring nelayan menjual hasil tangkapannya kepada pengepul lain yang mematok harga tinggi. Apalagi terdapat 12 pengepul di Desa Torosiaje, 3 diantaranya pengepul utama, 3 pengepul besar dan sisanya pengepul kecil. Membuat pengepul kecil harus berjuang keras.
“Karena jika beda harga 1000 saja, maka nelayan akan menjual ke pengepul lain. Biasanya mereka akan mengejar harga yang cukup tinggi,” keluhnya.