Ini Dampak Buruk Pacaran di Usia Remaja, Bisa Berujung Kekerasan Fisik
- goresan kata
Gorontalo – Salah satu contoh pengaruh buruk dari berpacaran diusia remaja adalah kasus penganiayaan David yang dilakukan oleh anak pejabat pajak, Mario Dandy Satrio (MDS).
Dikutip dari VIVA, motif penganiayaan yang dilakukan oleh MDS dipicu dari pengaduan perempuan berinisial (A) kepada MDS yang merupakan kekasih (A). Ia mengaku telah menerima perlakuan yang kurang baik dari David.
Diketahui Korban, David adalah mantan pacar dari (A). Kasus itupun telah menjadi konsumsi publik dan viral di berbagai sosial media.
Tak hanya sekedar viral, kasus penganiayaan yang dilakukan oleh anak pejabat pajak itupun menuai sorotan tajam dari berbagai pihak.
Tak terkecuali Menkeu Sri Mulyani, Menko Polhukam Mahfud Md, Mentri Agama, H Yaqut Cholil Qoumas hingga Wapres Ma'ruf Amin juga angkat bicara terkait aksi penganiayaan ini.
Tentu saja dari kejadian ini kita mengambil kesimpulan bahwa berpacaran diusia remaja tidak hanya menimbukan dampak positif, tetapi juga dampak negatif yang tentunya bisa mengancam masa depan para remaja tersebut.
Nah, apa saja dampak negatif dari berpacaran diusia remaja? Yuk kita bahas! Dilansir dari Telkom Schools, sedikitnya ada 6 dampak buruk dari berpacaran usia dini :
1. Kekerasan seksual
Pemerkosaan dalam pacaran adalah bentuk kekerasan seksual dalam pacaran. Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Indonesia mengategorikan kekerasan jenis itu sebagai kekerasan dalam pacaran (KDP).
KDP secara seksual terjadi ketika seseorang diserang secara seksual oleh orang lain yang dikenal dan dipercaya, seperti teman kencan. Kekerasan seksual dapat juga terjadi saat korban mabuk di suatu pesta, misalnya.
Pesta menjadi ajang yang paling mudah bagi pelaku untuk mengincar remaja dengan lebih dahulu memberikan narkoba, kemudian menjadikannya korban kekerasan seksual.
2. Remaja bisa menjadi pribadi yang mudah rapuh
Anak remaja yang mulai pacaran sejak usia dini lebih banyak mengalami sakit kepala, perut dan pinggang. Mereka juga lebih banyak depresi dibanding rekan seusianya yang belum pernah pacaran.
Seseorang, yang mengenal cinta lebih dini cenderung menjadi pribadi yang rapuh, sakit-sakitan, merasa tidak aman dan mudah depresi, contohnya remaja, akan memiliki alarm rasa sakit yang lebih tinggi, terutama jika remaja itu menjalin hubungan yang buruk dengan pasangannya.
3. Menurunkan konsentrasi
Hal ini terjadi jika remaja telah mengakhiri hubungan dengan pacarnya sehingga emosinya menjadi labil, konsentrasi menjadi buyar karena terus memikirkan pacarnya.
Sehingga, remaja tersebut tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang di berikan kepadanya dan mengerjakan ulangan dengan baik sehingga dapat menurunkan prestasi remaja tersebut.
4. Kehamilan dan penularan penyakit menular seksual
Anak yang berpacaran di usia dini mengarah pada kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan hubungan seksual. Hal itu sangat memungkinkan terjadinya kehamilan dan penularan penyakit menular seksual (PMS).
Menurut The Centers for Disease Control (CDC), kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular PMS.
5. Menguras harta
Akan menguras harta, karena orang yang pacaran akan selalu berkorban untuk pacarnya, bahkan uang yang seharusnya untuk ditabung bisa habis untuk membelikan hadiah untuk pacarnya.
6. Kekerasan fisik
Bentuknya seperti mendorong, memukul, mencekik, dan membunuh. Kejahatan tersebut sangat tertutup karena pihak korban ataupun pelaku tidak mengakui adanya masalah selama hubungan kencan.
Penyebab kekerasan fisik pada remaja di antaranya kecemburuan, sifat posesif, dan temperamen dari pasangan si anak remaja.
Pelaku, misalnya, mengontrol cara berpakaian si anak. Hal itu sebenarnya adalah bentuk kekerasan, yang sering kali dilihat oleh si anak sebagai bentuk perhatian.
Itulah, 6 dampak negatif yang akan ditimbulkan dari perilaku berpacaran anak remaja. Perlu diperhatikan bahwa masa remaja adalah masa yang indah.
Sering sekali masa remaja diidentikkan masa remaja dengan masa pencarian identitas. Satu proses masa yang semua anak manusia sedang dan akan terjadi dalam sebuah proses tumbuh kembang remaja.