Mengenang Janji Sakti Bung Hatta: Pantang Menikah Sebelum Idonesia Merdeka

Bung Hatta
Sumber :
  • Wikipedia

Gorontalo – Mohamad Hatta dikenal dengan sikapnya yang sederhana, jauh dari kemewahan, dan minim

Kata Bima Usai Diksi Janda Trending: Maaf Jika Menyinggung Kalian yang Bekerja dengan Partai

pengalaman asmara. Kendati demikian, ada satu hal menarik dari bapak proklamator

kelahiran 12 Agustus 1902 ini yakni janji saktinya. 

Bima Katai Megawati Soekarnoputri 'Janda' dan Sebut Soekarno 'Mampus'

Hatta memiliki janji Sakti yang berbeda dengan laki-laki pada umumnya yakni pantang menikah sebelum indonesia merdeka. Dalam buku berjudul Hatta Jejak yang Melampaui Zaman yang ditulis Tempo, Hatta

menghabiskan masa lajangnya di dunia pergerakan. 

Kedatangan Kedua Soekarno di Gorontalo Bawa Pulang Burung Maleo

Hatta juga dikenal dengan aktivis yang paling banyak membaca buku dan aktif menulis. Hatta kerap menuliskan pemikiran-pemikirannya lewat majalah atau suat kabar. Karena itu muncul sebuah anekdot yang

mengatakan bahwa kekasih Hatta adalah buku.Tidak ada sedikitpun waktu untuk Hatta memikirkan asmara atau perempuan.

Satu kisah Hatta pernah dengan sengaja membercaki tangannya dengan tinta. Hal itu dilakukan untuk menolak ajakan dansa karena tak mau diganggu jam membacanya.Kisah lain pernah diceritakan Soekarno yang tahu betul bagaimana sikap sahabatnya itu dengan perempuan.

Soekarno pernah mengatakan jika Hatta bersama seorang wanita naik mobil dan mogok disebuah tempat terpencil, maka kita akan menemukan Hatta akan tertidur pulas di salah satu sudut, sementara gadis itu tertidur di sudut lain yang berjauhan dengan Hatta.

Saat masih kuliah di Belanda, teman-temannya pernah mengatur makan malam Hatta dengan seorang gadis Polandia. Mereka ingin melihat apakah Hatta tergoda atau tidak dengan penampilan gadi tersebut. Makan malam berlangsung biasa saja dan tidak terjadi apa-apa. 

Setelahnya, baik Hatta maupun gadis tersebut pulang ke rumah masing-masing. Merasa penasaran, teman-teman Hatta menodong gadis itu dengan banyak pertanyaan. Namun, si gadis seakan menyerah dengan sikap Hatta dan menjawab, "Dia seperti pendeta." Artinya, usai makan malam itu tidak terjadi apa-apa karena Hatta tidak sedikitpun tergoda olehnya.

Janji sakti berakhir

Jumat, 17 Agustus 1945 menjadi hari bersejarah bagi bangsa Indonesia. Hari yang kemudian diperingati sebagai hari proklamasi ini juga menjadi sejarah tersendiri bagi Bung Hatta. Karena Indonesia telah meredeka, itu artinya bahwa janji sakti Bung Hatta telah berakhir.

Hatta pun memenuhi janjinya. Dua bulan setelah Indonesia berdaulat, Bung Hatta melamar seorang perempuan yang terpaut usia 26 tahun dengannya. Perempuan itu bernama Siti Rahmiati Hatta, atau yang bernama asli Rahmi Rachim.

Dalam buku berjudul Hatta, Hikayat Cinta dan Kemerdekaan (2010), ada peran Soekarno sebelum Hatta dan Rachmi Rahim menikah. Bisa dibilang Soekarno waktu itu bertindak sebagai biro jodoh antara keduanya.

Bung Hatta dan Rachmi Rahim, sebenarnya, pernah bertemu dua tahun sebelumnya. Waktu itu sedang berlansung jamuan makan malam di rumah Sartono, yang juga tokoh pergerakan, di Jatinegara, Jakarta. Jamuan makan malam sengaja dibuat Sartono untuk merayakan kepulangan Soekarno dari tempat pembuangannya di Bengkulu. 

Sartono mengundang sejumlah orang dalam acara tersebut, termasuk Rahmi hadir bersama kedua orangtuanya. Disinilah awal Hatta menambatkan hatinya kepada Rahmi saat pandangan pertama. Pertemuan inilah yang disinggung Bung Hatta dan menjadi awal mula Soekarno menjembatani pertemuan keduanya ke jenjang yang lebih serius yakni pernikahan.

Soekarno kemudian menemui sahabatnya, Abdul Rachim dan Annie Rachim yang tak lain adalah orang tua Rachmi Rahim. Soekarno bermaksud meminang putri mereka untuk Hatta.

Awalnya keluarga Rahmi Rachim tampak ragu, terlebih adik Rachmi Rahim, Raharty. Raharty menilai Hatta terlalu tua untuk kakaknya. Saat itu Bung Hatta berusia 43 tahun, sedangkan Rahmi 19 tahun. 

Namun, Rahmi diberi kesempatan memilih. Rachmi Rahim sendiri juga sama. Ia banyak mendengar pidato-pidato Bung Hatta dari radio. Bung Hatta baginya bukanlah orang biasa. Di matanya Bung Hatta adalah orang cerdas. Justru itu Rachmi Rahim menganggap dirinya bukan orang yang pas untuk Bung Hatta.

"Aku mengenal Hatta sebagai sahabat dan seorang pemimpin yang baik. Ia benar-benar orang yang sangat baik. Engkau tidak akan menyesalinya," kata Soekarno kepada Rahmi Rachim.

Rahmi setuju untuk menikah dengan Bung Hatta. Meski usia keduanya berbeda jauh, bagi Rahmi Rachim Bung Hatta adalah sosok yang memegang teguh prinsip, punya moralitas tinggi, punya sikap tanggung jawab yang besar, dan punya kesederhanaan.

"Ia sangat mencintai Indonesia sehingga berjanji tak hendak beristri sebelum Indonesia merdeka. Itulah janjinya dan ia memenuhinya," tutur Rahmi Rachim atau Yuke.

Cerita tentang Soekarno menjadi “biro jodoh” Bung Hatta juga diakui putri sulung Bung Hatta, Meutia Farida Hatta saat berbincang dengan Helmy Yahya. Meutia mengungkapkan bahwa Bung Hatta sangat fokus pada perjuangan kemerdekaan Indonesia saat itu. Bahkan ketika Indonesia merdeka sang ayah tak sedikit pun berpikir untuk menikah.

"Setelah merdeka pun (Bung Hatta) tidak berpikir tentang sumpahnya sehingga Bung Karno merasa seorang Wakil Presiden RI harus mempunyai istri," kata Meutia.

“Kebetulan Bung Karno bersahabat dengan pak Rahim, yaitu kakek saya dan ibu Rahim, dan punya dua putri, yang sulung ibu saya," kenang Meutia.

Mas Kawin Buku

Hatta dan Rahmi Rachim melangsungkan pernikahan pada tanggal 18 November 1945 di Megamendung, Bogor. Menariknya, mas kawin yang diberikan Hatta bukanlah mas atau perangkat salat. Mas kawin Hatta kepada Rahmi Rachim terbilang istimewa yakni sebuah buku berjudul Alam Pikiran Yunani. 

Konon hal itu membuat ibunda Hatta merasa jengkel sebelum akhirnya luluh. Buku ini dikerjakan saat Hatta dibuang ke Digul sekitar tahun 1934. Isinya mengulas pemikir yunani kuno, seperti Pythagoras,, Plato, Aristoteles, dan Sokrates.

Pernikahan Hatta sempat diwarnai sedikit rintangan. Belanda yang saat itu belum rela Indonesia merdeka kembali melakukan serangan dengan membonceng tentara Sekutu pada 10 November 1945. Pertempuran hebat pun tidak bisa dielakkan di Surabaya Sebagai wakil presiden, Hatta tentu disibukkan dengan sejumlah upaya diplomasi.

Meski begitu, kondisi itu tidak menggagalkan rencana pernikahan Hatta dengan Rachmi Rahim dan mas kawin istimewa dari Hatta ditukar Rachmi Rahim dengan tiga orang putri yakni Meutia Farida Hatta, Gemala Rabi’ah Hatta, dan Halida Nuriah Hatta.