Soekarno, Insiden Mati Lampu, Protes Komunitas Arab di Gorontalo

Presiden Ir Soekarno menyampaikan pidato
Sumber :
  • koleksi keluarga Kepala Daerah Sulawesi Utara, Syam Biya.

Gorontalo – Sokarno datang ke Gorontalo pada tahun 1951. Kedatangannya ke Gorontalo adalah bagian dari merajut keutuhan bangsa Indonesia dari sejumlah pergolakan di daerah timur. Sebut saja pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia atau DI/TII.

5 Ninja yang Mati Mengenaskan di Dunia Naruto, Padahal Punya Jutsu Mengerikan

Dipilihnya Gorontalo sebagai bagian dari tour Sookarno bukan tanpa alasan. Secara historis, Gorontalo punya peranan penting dalam pembentukan nasionalisme berbasis daerah yang dikenal dengan gerakan revolusi damai. 

Gerakan ini diprakarsai Nani Wartabone pada 23 Januari 1942. Dianalogikan sebagai proklamasi kecil berbasis daerah. Nani Wartabone juga sahabat dekat Soekarno.

Asal Usul Sikat Gigi: Alat Sederhana Bikin Senyum Terawat dari Masa ke Masa

Soekarno mendarat di Gorontalo pada tanggal 20 November 1951. Pesawat Catalina Amboina yang ditumpangi sukses mendarat di perairan Danau Limboto, Desa Iluta, Kecamatan Batudaa, Kabupaten Gorontalo. Rakyat kemudian mengaraknya menggunakan jeep menuju alun-alun kota, sekarang Lapangan Taruna Remaja.

Tiba di sana, Soekarno langsung memimpin rapat raksasa. Pidatonya yang berapi-api saat itu sempat mendapat protes dari Komunitas Arab di Gorontalo. Protes ini buntut dari wacana Kementeritan Dalam Negeri mendata keturunan asing. Hal itu dianggap perlakuan diskriminasi rasial. Warga keturunan Tionghoa menyuarakan keresahan yang sama.

Mengungkap Asal Usul Taplak Meja: Bagian Integral Budaya di Rumah

“Tidak ada diskriminasi rasial di Indonesia, begitu pula diskriminasi terhadap perempuan juga tidak boleh dilakukan. Konstitusi Indonesia mengizinkan perempuan menjadi Presiden dan memegang jabatan publik,” kata Soekarno menanggapi protes seperti dikutip di buku digital berjudul Merajut Kebangsaan Samudra Timur Indonesia: Kunjungan Presiden Ir.Soekarno di Gorontalo Tahun 1951 dan 1957 yang ditulis BPCB Gorontalo.

Kemeriah masih berlanjut. Pekik kemerdekaar terus memantul di jalan-jalan setelah Soekarno melanjutkan safarinya di Gorontalo ke kediaman Residen Koordinator Wartabone, sekarang rumah dinas Wali Kota Gorontalo.

Halaman Selanjutnya
img_title