Kedatangan Kedua Soekarno di Gorontalo Bawa Pulang Burung Maleo
- koleksi keluarga Kepala Daerah Sulawesi Utara, Syam Biya.
Ribuan rakyat dan siswa Sekolah Rakyat berjejer sepanjang ruas jalan Tolotio sampai Telaga. Lambaian bendera merah putih kecil mengiringi mobil tumpangan Soekarno.
Keharuan pecah ketika sang Presiden membalasnya dengan melambaikan tongkat komando ke arah pendukung. Soekarno memilih beristirahat sepanjang sore di kamar utama rumah dinas Kepala Daerah Sulawesi Utara.
Keesokan harinya, Rabu 2 Oktober 1957, rapat umum (tertutup) di Gedung Nasional. Sebelum berpidato, Soekarno lebih dulu mencari sahabatnya, Nani Wartabone yang ternyata duduk paling belakang ruangan. Soekarno lekar memintanya pindah ke baris depan. sementara di halaman rumah dinas Kepala Daerah Sulawesi Utara, rakyat tidak sabar mengikuti rapat raksasai. Tidak lama kemudian, Soekarno naik podium.
Masih terang di ingatan Thariq, sesuai cerita ayahnya bagaimana heroiknya seorang Soekarno “menggulung” poster dan spanduk berisi seruan Permesta. Bukan dengan fisik, melainkan lewat pidato.
“Waktu di Gedung Nasional itu ayah saya juga ikut. Karena dia pendek, dia setengah mati lihat Soekarno. Tapi yang dijelaskan makin lama Soekarno berpidato makin banyak orang, makin membludak. Di spanduk-spanduk tertulis ‘Sekali Permesta tetap Permesta’. Ada yang lain ‘Hidup Mati Bersama Permesta’,” kata Thariq.
“Yang menarik, kata ayah saya, pada saat berpidato, Soekarno bilang ‘Saudara-saudara sekalian, saya datang sebagai seorang ayah untuk melihat anak-anaknya, maka pantaskah anak-anak menjemput ayahnya dengan cara seperti ini? Gulung itu semua!’," kata Thariq.
"Jadi pas Soekarno bilang gulung, semua orang gulung (spanduk) sesuai tangannya berjalan. Itu pengalaman yang luar biasa untuk ayah saya,” kenang Thariq lagi.