Tentang Waktu
- Pexel
Untukmu pria berparas awan, pemilik tanggal di penghujung Juli, 12 Desember, Ada apa dengan itu?
Sengaja ku sertakan waktu di untaian kalimat yang ku buat agar selalu ada sibuk pada satu waktu walau hanya sekedar merangkai aksara namun waktu telah bermakna.
Pada tahun yang sudah lalu, dua dasawarsa lebih sewindu, ungkapan batin menggebu-gebu.
Dalam sunyi hingga dekapan kebisuan sengaja ku berpaling dari kesendirian.
Bukan karena menyedihkan, hanya saja kerinduan sering datang tanpa pemberitahuan.
Memberikan isyarat lewat sela-sela kehampaan, yang sengaja tidak ku pedulikan.
Sudahlah, berhenti dari lamunan dan tidurlah dengan nyaman.
Ruang hati yang sudah patah, membingkai indah surganya rasa.
Dalam belenggu yang terjerat asa, manis bibir obat darinya..
Hasrat jiwa dan pesona dada, sepasang mata terpana-pana.
Labirin hati terbuka lagi, menghiasi diri bak bidadari.
Belaian sentuh terbuai habis, Dewasa dan tekanan adalah sebab.
Aroma terhempas dan pelukan memanas.
Saling sapa berujung lara, tiada penyesalan hanya kenangan.
Semoga jiwa tenang dalam ikatan dan Dalam Cermin hati yang sudah retak, kuharap Aku termaafkan.
Aku lemah dalam pusaran dimensi kehidupan, menangisi jiwa yang memilukan, berharap pada dinding-dinding penyesalan.
Aku membingkai ruang hati, berhenti menjelajahi dan ikhlas pada ilahi. Dengan Memori tentang kasih, menyambut mimpi lewat hati.
Pada Qalbu yang terhimpit pedih, beribu ingin kali ini, pada penyesalan tentang kejadian masi terbuai dalam ingatan.
Maaf! Kali ini, pedih pada relung hati semoga cepat terobati.
Sengaja ku padamkan lentera berusaha bersemayam bersama luka.
Tatapan mata kini tak lagi tajam, pudar pada rasa yang terbenam.
Kini sesal adalah teman, biarlah agar diri menjadi paham.
Sambil sedikit demi sedikit menikmati perih, seperti yang tidak sengaja Aku beri, dan akhir yang kamu kasi akan dengan serius Aku pelajari.
Tentang kamu, Pada rindu yang tak teratasi kau muncul pada alunan lagu patah hati.
Kamu dan sebuah pelajaran, ajarkan kesetiaan dan arti kehidupan.
Lupakan penyesalan lewat senyuman, bingkai dalam indahnya kehidupan hingga sengsara cinta membara habis dalam damainya perasaan.
Dan pada bait-bait aksara yang sengaja dikenang pada setiap detik-detik yang memicu rindu, hingga di suatu waktu pada masa yang tak tau arah, ada harap hingga doa saling bertarung, melangit, menjadi candu, sebab rindu yang tidak tahu malu.