Penghambat Jodoh Menurut Habib Ja’far, yang Jomblo Dengarkan Ini

Ilustrasi pernikahan
Sumber :
  • irina iriser / pexels

Gorontalo – Belum lama ini kawan saya curhat. Ceritanya, dia sedang diburu deadline. Setelah melewati satu dekade berpacaran, ditambah drama putus nyambung yang tidak terhitung, dan tarik ulur biaya nikah, dia diberi waktu untuk melamar, sampai pacarnya berusia 30 tahun. 

5 Zodiak yang Cocok Jadi Pasangan Hidup Pisces: Minim Emosi dan Batin Berseri-seri

Wajar, sih, udah satu dekade masa belum kepikiran satu puade? Tetapi yang bikin alis mata saya bertemu adalah gara-gara terinspirasi biaya nikah orang lain, pacarnya ini mematok harga tinggi supaya pesta pernikahnya terkesan mewah. Selain itu, latar belakang pendidikan dan cintra keluarga di belakang turut memengaruhi. 

Alhasil, sampai pacarnya berusia 30 tahun, kawan saya gagal capai target, dan pernikahan pun cuma jadi materi stand up di mulut keluarga dan tetangga. 

5 Kegiatan Kreatif di Malam Minggu, yang Jomblo Boleh Coba

Ini sebenarnya aneh. Sama anehnya dengan kenyataan yang pernah saya terima bahwa untuk menjadi seorang suami harus bergelar sarjana. Sementara untuk menjadi seorang sarjana tidak perlu bergelar suami. 

Keinginan menikah itu bisa tumbuh kapan saja. Mungkin karena tidak tahan lagi tidur sendiri, tidak kuat menahan serangan ibu-ibu kompleks, termotivasi teman sekantor/teman seangkatan yang sudah lebih dulu menikah, atau deadline dari orang tua. 

7 Tips Lewati Malam Minggu untuk Para Jomblo, Nomor 7 Paling Elegan 

Sedangkan urusan biaya itu hal lumrah. Itu biasa ditemui saat memasuki jenjang pernikahan. Demikian juga dengan perempuan yang punya mimpi menikah dengan acara meriah nan mewah. Itu wajar. 

Cuma jangan membatasi pernikahan itu pada aspek kuantitatif, tetapi lihatah pernikahan itu dari aspek kualitatif. Banyak contoh bertebaran di muka bumi. Misalnya pasangan yang memilih menikah di KUA. Alasannya untuk menekan biaya supaya bisa menabung untuk masa depan. 

Halaman Selanjutnya
img_title