Perempuan Melawan Tradisi: Nafas Perjuangan Kartini Masih Ada dalam Diri Risna Hasanudin

Risna Hasanudin, pendiri Rumah Cerdas Perempuan Arfak
Sumber :
  • Youtube KickAndy

VIVA Gorontalo – "Kami, gadis-gadis masih terantai kepada adat istiadat lama, hanya sedikitlah memperoleh bahagia dari kemajian pengajaran itu. Kami anak perempuan pergi belajar ke sekolah, keluar rumah tiap-tiap hari, demikian itu saja sudah dikatakan amat melanggar adat." 

Catat Ya Bun! Ini 9 Tips Efektif Kurangi Ketergantungan Anak pada Gadget

Kutipan di atas merupakan surat Kartini kepada Nona Zeehandelaar, Jepara, 25 Mei 1899 silam yang termuat dalam buku Habis Terang Terbitlah Terang.

Surat tersebut menjadi awal perjuangan Kartini untuk perempuan agar memiliki hak yang sama dalam pendidikan.

Prabowo Subianto Klaim Program Makan Siang dan Susu Gratis Bikin Anak-Anak Rajin Sekolah

Ratusan tahun kemudian, persoalan yang sama masih terjadi. Di Kampung Kobrey, Kabupaten Manokwari, Papua Barat, banyak perempuan dan anak-anak dari Suku Arfak yang putus sekolah karena faktor adat atau tradisi. 

Suku Arfak merupakan penduduk asli terbesar di Kabupaten Manokwari. Perempuan Suku Arfak perempuan harus tunduk pada tradisi, di mana perempuan tidak perlu sekolah tinggi, cukup sampai kelas 3 SD. 

Prabowo Subianto ke Media Asing: Program Makan Siang dan Susu Gratis Sangat Mendesak

Namun, ada satu perempuan yang berani melawan tradisi tersebut. Perempuan itu bernama Risna Hasanudin. Boleh dibilang Risna adalah penyambung nafas perjuangan Kartini.

Risna bukan perempuan asli Papua. Dia lahir di Banda Neira, Maluku, 1 Februari 1988. 

Rumah Cerdas untuk Perempuan

Perempuan lulusan FKIP Universitas Pattimura Maluku ini memutuskan untuk tinggal di Kobrey. Tujuannya hanya satu, yakni membantu anak-anak dan perempuan Arfak agar tak menjadi generasi tertinggal.

Perjuangan Risna dimulai pada September 2014. Berbekal tekad dan keyakinan, Risna mendirikan rumah belajar yang diberi nama Rumah Cerdas Perempuan Arfak, Papua Barat. 

Sejak itu, Risna secara perlahan mulai merangkul perempuan-perempuan Arfak untuk diberikan pendidikan yang layak. 

Kegiatan di Rumah Cerdas Perempuan Arfak ini adalah mengajar membaca, menulis dan berhitung. Selain itu, Risna juga memberikan pelatihan tentang usaha kecil seperti membuat Noken dan melakukan pemasaran melalui jejaring sosialnya.

Sempat ditentang keluarga

Banda Neira dan Papua Barat terpaut jarak 617 kilometer. Bagi Risna itu bukan masalah. Demi melepaskan perempuan dan anak-anak Arfak dari lilitan tradisi kolot, jarak 617 kilometer hanya seperti selemparan batu.

Masalah justru datang dari pihak keluarga. Keluarga sempat menentang aktivitasnya karena harus berpisah jauh.

Namun, tekad dan niat Risna sudah bulat. Perempuan dan anak-anak Arfak harus mendapat hak pendidikan yang sama seperti dirinya.

Berkat usahanya, 20-30 perempuan Arfak telah mengalami perubahan. Mereka kini mereka bisa menulis dan membaca.