Stop Hoaks Penculikan Anak! Begini Dampak dan Cara Menghindarinya
- Franco Bravo Dengo
Selain foto, ada juga konten berbentuk video yang biasanya dibarengi dengan narasi yang menyesatkan dan membuat panik. Contohnya seperti ini: “Teman2 silahkan diviralkan … penculikan anak untuk dijual dan diambil jantungnya adalah nyata dan bukan hoax. semoga lebih banyak lagi Para Orang Tua lebih waspada….penculik mengaku bapak dari anak tersebut,untung anak itu bilang ” itu bukan bapaknya” di butuhkan kewaspadaan petugas atau yg encurigai bila ada orng orng yg berlaku aneh,waspada…”
Dampak dari hoaks penculikan anak alih-alih meningkatkan kewaspadaan, yang terjadi justru lebih ekstrim dan merugikan diri sendiri. Seperti halnya kasus yang terjadi di Gorontalo beberapa waktu yang lalu.
Akhir tahun 2021, gambar seorang nenek ramai di linimasa Facebook di Gorontalo. Gambar itu dibarengi dengan narasi-narasi yang menyatakan bahwa sang nenek dicurigai sebagai sindikat penculikan anak, atau yang sering disebut Gola.
Gola sering digambarkan masyarakat Gorontalo sebagai sosok misterius, menyeramkan, dan sadis. Hampir setiap tahun, isu tentang Gola selalu mencuat dan marak di Gorontalo. Tak hanya di tingkat lokal saja, isu ini bahkan sempat trending di media nasional mainstream seperti Kompas.com, tahun 2022 kemarin.
Setelah mendapatkan doxing demi doxing di Facebook, akhirnya sang nenek dipersekusi di sebuah pasar, 19 Agustus 2021. Beberapa orang mendatangi nenek tersebut, mereka mengikat tangannya, mengaraknya, memukulnya, lalu menyiarkan secara langsung persekusi tersebut di Facebook.