Stop Hoaks Penculikan Anak! Begini Dampak dan Cara Menghindarinya

Ilustrasi fake news penculikan anak
Sumber :
  • Franco Bravo Dengo

Polisi langsung mengamankan si nenek dari amukan massa. Dan, setelah melakukan penyelidikan berlanjut, polisi menyatakan bahwa nenek tersebut adalah orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Dia juga bukan sindikat penculik anak seperti yang ditudingkan. Polisi mengonfirmasi bahwa para pelaku persekusi tersebut positif termakan Hoaks.

“Masyarakat sekitar panik akan terjadi hal yang diinformasikan seperti yang  sebelumnya (penculikan anak di media sosial), makanya masyarakat sekitar melakukan tindakan main hakim sendiri,” ujar Muhammad Nauval Seno, Kasat Reskrim Polres Gorontalo, dilansir media kronologi.id.

Polisi menetapkan lima orang tersangka dari tindakan persekusi terhadap seorang wanita paruh baya tersebut. Alih-alih menjadi waspada atas kasus penculikan anak, yang terjadi malah terlibat kriminalitas dan merugikan diri sendiri.

Selain itu, baru-baru ini, Kamis (23/2/2023), misinformasi mengenai penculikan anak bahkan memantik sebuah kerusuhan besar di Papua. Dilaporkan BBC Indonesia, kerusuhan 10 orang tewas, 14 orang luka-luka, dan satu anggota polisi tertembak panah di Kampung Sapalek, Distrik Wamena. Sejumlah rumah dan kios juga dibakar massa.

Isu penculikan anak di media sosial

Photo :
  • Tangkapan layar

Satu bulan sebelum kejadian itu, Rabu (25/1/2023), sejumlah orang di Sorong, Papua Barat Daya membakar hidup-hidup seorang perempuan dengan gangguan jiwa karena dituduh sebagai penculik anak. Kejadian itu bermula dari isu penculikan anak yang marak di media sosial.

Isu penculikan anak di media sosial

Photo :
  • Tangkapan layar