Pelaut Ulung dan Lika-liku Menggeluti Profesi Sebagai Pengepul Gurita
- Jalipati Tuheteru/JAPESDA
“Harga yang dipatok pengepul utama dan pengepul besar cukup tinggi dari 60 ribu sampai 70 ribu per kg. Sedangkan pengepul kecil cuma mampu membeli harga 40 ribu sampai 50 ribu per kilo,”
Masalah lain, tangkapan gurita saat ini memang banyak, namun hanya berukuran kecil yang masuk. Sementara kebutuhan konsumen mengambil ukuran A, B, C, dan D. Hal itu membuat dilema pengepul dalam menjalankan bisnis ini.
“Sekarang ini nelayan menjual guritanya ke saya paling banyak yang halus, yang berukuran 1 kg itu pun cuma 1 atau 2 ekor saja. Bahkan ada juga nelayan yang menjual gurita semuanya kecil-kecil atau halus,” keluh Puah Kelsi.
Menurut Puah Kelsi, gurita ukuran besar di sekitar perairan Desa Torosiaje sudah sangat sulit didapatkan. Musababnya karena penangkapan gurita terus menerus dilakukan tanpa mempertimbangkan keberlanjutan populasi gurita. Paceklik tangkapan gurita besar pun dirasakan oleh nelayan.
Perairan Sulawesi Tengah menjadi daerah tujuan nelayan gurita Torosiaje karena peluang mendapatkan gurita ukuran besar masih ada. Di Pulau Laleyu dan Pulau Sangi di Moutong mereka mencari gurita, menurut Puah Kelsi.
Jarak yang jauh itu pun tak menjanjikan gurita besar untuk nelayan, “Jika dapat, beratnya paling 1 kg lebih sedikit. Namun jumlahnya juga tidak begitu banyak, hanya 3-4 ekor saja, sisanya berukuran halus-halus (kecil),” ungkap Puah Kelsi.
Merasakan paceklik gurita ukuran besar, kini nelayan yang diinisiasi Jaring Advokasi Pengelolaan Sumberdaya Alam (JAPESDA) dan kelompok nelayan Sipakullong melakukan penutupan sementara wilayah tangkap gurita. Di Pulau Torosiaje Besar dan Torosiaje kecil mereka melakukan penutupan sementara itu.
Selama 3 bulan wilayah itu ditutup, dijaga ketat oleh nelayan. Sejak awal oktober 2022 kedua pulau di perairan Desa Torosiaje di tutup sementara. Aktivitas penutupan akan berakhir pada awal Januari 2023.