Ustaz yang Disebut Tukang Ojek Itu Pelopor Pendidikan di Kaki Gunung Rinjani

Marwan Hakim, pelopor pendidikan di kaki Gunung Rinjani
Sumber :
  • IG @satu_indonesia

VIVA Gorontalo – Tidak ada sorban putih yang melilit di kepala seperti penampilan ustaz pada umumnya. Penampilannya sederhana, tapi bersahaja.

5 Zodiak yang Cocok Berkarier di Dunia Pendidikan: Pices Sangat Peduli Perasaan Siswa

Orang lain menganggapnya sebagai tukang ojek. Dia adalah Marwan Hakim, 35 Tahun.

Marwan Hakim pemuda asal Aikperapa, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB). Di Desa Aikperapa, Marwan cukup disegani. Bukan karena gelar ustaz, kiprah Marwan di bidang pendidikan tidak bisa dipandang sebelah mata.

5 Alasan Mengapa Gen-Z Rentan Terhadap Masalah Kesehatan Mental, Kamu Masuk Gen Apa Nih?

Ia berani mempelopori pendirian sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA) di kampungnya.

Rumah jadi sekolah

Marwan Hakim dengan anak SD di kampungnya

Photo :
  • Istimewa
Perempuan Melawan Tradisi: Nafas Perjuangan Kartini Masih Ada dalam Diri Risna Hasanudin

Marwan memiliki keinginan melihat anak-anak di kampungnya untuk tetap bersekolah. Sejak 2002, Marwan konsisten menyemangati anak-anak yang baru tamat SD untuk melanjutkan sekolah.

Tahun 2004, Marwan mewakafkan rumahnya untuk dijadikan SMP untuk anak-anak di kampung. Itulah SMP pertama di Desa Aikperapa. Usai mendirikan SMP, ia dan kawan-kawannya juga mendirikan SMA.

Alhasil, sekolah yang dulunya tempat berteduh Marwan sudah meluluskan 200 orang siswa. Begitu pun SMA yang didirikan sudah menamatkan 50 orang siswa.

Tak pelak, kobaran semangat Marwan menjadi bahan bakar bagi anak-anak di desa terpencil, sampai di Dusun Bomong, arau desa tertinggi di kaki Gunung Rinjani.

Tak mesti pakai uang

Jika sekolah pada umumnya memaksa orang tua murid harus mengeluarkan uang atau biaya, di sekolah bikinan Marwan justru tidak.

Bagi orang tua yang tidak memiliki biaya, pihak sekolah membolehkan membayar biaya sekolah secara in natura. Misalnya, biaya administrasi dibayar dengan tanaman pisang.

"Saya tak ingin generasi setelah saya masih putus sekolah," kata Marwan.