Berhasil Menantang Stigma, Mimpi Tukang Ojek Pinogu Setelah Jadi Anggota Polri
- Yakub / VIVA Gorontalo
Berangkat dari pengalamannya, Ismet ingin anak-anak di kampungnya mulai membangun kesuksesan sejak dini. Keberadaannya di sana harus menjadi bahan bakar yang sama. Tak peduli sejauh apa pembangunan dan pendidikan di kampungnya tertinggal.
Untuk mengikis habis situasi di kampungnya sekarang bukan perkara sebelah mata. Pertama infrastruktur di Pinogu harus mendekati kata layak. Mulai dari transportasi hingga gedung pelayanan publik seperti pos polisi sangat dibutuhkan di sana.
Mengapa tidak, selain pendidikan yang belum berjalan bagus karena banyaknya anak putus sekolah, di kampungnya belum beridiri Polsek, atau setidaknya pos polisi.
“Kalau orang kampung tahu saya mau ke Pinogu mereka tunggu saya di rumah. Banyak masalah yang ingin mereka konsultasikan. Nah, kalau saya tidak di sana, kebanyakan mereka telepon,” ungkapnya.
Selain itu, sejak menjadi polisi, Ismet rutin melatih PBB di sekolah karena background-nya seorang Paskibraka. Menurutnya anak muda di Pinogu tidak ada bedanya dengan anak muda di perkotaan. Kesempatan menjadi polisi atau Paskibraka, atau apapun itu yang bisa mengangkat mereka dari keterpurukan terbuka luas. Dia tak ingin menjadi anak muda terakhir asal Pinogu yang berhasil sementara yang lain tetap berkubang dalam ketertinggalan.
“Kalau saya lihat di sana itu harusnya sudah berkembang, tapi sekarang belum. Dari saya ngojek belum jadi polisi, sampai jadi polisi masih juga ngojek perkembangan itu lambat. Masyarakat di sana jarang lihat polisi, kalau saya ke Pinogu mereka sudah menunggu di rumah.”
“Di sana banyak anak-anak, saya sering ajak mereka jadi polisi. Mereka generasi baru tidak boleh dibiarkan. Bukan juga menyepelehkan, mereka tidak bisa selamanya begini-begini terus. Sempat saya rutin kunjungi sekolah-sekolah, melatih PBB. Saya eks Paskibraka juga. Saya ingin setiap tahun ada warga Pinogu yang jadi perwakilan (Paskibraka).”