Pidato Lengkap Anas Urbaningrum Usai Bebas: Saya Tidak Ada Kamus Permusuhan

Anas Urbaningrum, eks Ketum Demokrat
Sumber :
  • ANTARA FOTO

Selain terima kasih, saya ingin menyampaikan permohonan maaf. Pertama, mohon maaf kalau ada yang berpikir bahwa saya di tempat ini mati membusuk. Kalau ada yang berpikir saya di tempat disini menjadi bangkai fisik dan bangkai sosial, minta maaf bahwa itu Alhamdulillah tidak terjadi.  Alhamdulillah, dengan dukungan keluarga, dukungan teman-teman, dukungan para sahabat, saya tetap bisa hadir hidup tegak berdiri.

Bukan hanya hidup menurut saya, saya hadir disini dengan sadar, sehat dan waras. Kedua, saya juga mohon maaf kalau ada yang berpikir bahwa dengan waktu saya agak lama disini terhitung hari ini berarti 9 tahun 3 bulan, waktu yang cukup lama, itu hampir 2 periode Pak Saan di DPR, mohon maaf kalau ada yang berpikir dengan wktu yang lama itu kemudian bisa memisahkan saya dengan sahabat-sahabat saya seperjuangan. 

Mohon maaf kalau ada yang berpikir, bahwa bisa memisahkan saya dari gerak hidup dan denyut nadi Indonesia yang kita cintai. Karena ikatan batin, ikatan rasa, ikatan nilai, ikatan spirit semangat, ikatan komitmen dan ikatan keberanian untuk terus melangkah maju itu akan membuat yang berpikir seperti itu, mohon maaf seperti tidurnya di siang hari, tidurnya di siang bolong.

Jadi sungguh saya mohon maaf. Saya juga mohon maaf, kalau ada yang menyusun skenario besar bahwa dengan saya dimasukkan dalam waktu yang lama di tempat ini menganggap bahwa Anas sudah selesai. Skenario boleh besar, boleh kuat, boleh hebat, tapi sehabat apapun, sekuat apapun, serinci apapun, skenario manusia tidak akan mampu mengalahkan skenario Tuhan.

Wamakaru wamakarullah wallahu khoirul maakirin.

Dengan begini saya ingin mengatakan kepada kita semua, bahwa saya ingin berpikir kedepan. Kedepan itu juga sekaligus permohonan maaf. Mohon maaf kalau ada yang berpikir saya keluar, merdeka, bebas ini kemudian mendatangkan atau melahirkan permusuhan atau pertentangan, saya katakan mohon maaf, tidak.  Saya tidak ada kamus pertentangan permusuhan. Tetapi kamus saya adalah perjuangan keadilan.

Andai dalam perjuangan keadilan itu ada yang merasa termusuhi, mohon maaf bukan karena saya hobi permusuhan tapi itu konsekuensi perjuangan keadilan. Jadi hati saya, sikap saya adalah sikap persaudaraan, sikap persahabatan.