Koordinator BEM Gorontalo Soal Koran Achtung dan Buku Hitam Prabowo Subianto: Pengingat Demokrasi
- VIVA Gorontalo / Fajrin
VIVA Gorontalo – Koordinator BEM Provinsi Gorontalo, Man'uth Mustamir Ishak menanggapi koran Achtung dan buku hitam Prabowo Subianto yang diterima beberapa BEM di Gorontalo baru-baru ini.
Man'uth menjelaskan bahwa buku dan koran itu ditulis oleh aktivis 98 bernama Azwar Furgudyama.
Buku tersebut terdiri dari tujuh bagian, sedangkan koran Achtung berisi soal tragedi penculikan aktifis 98.
Selain itu, buku ini berisi dugaan keterlibatan dan upaya Prabowo Subianto mengudeta Presiden B.J Habibie, serta jejak kelamnya di Timor Leste, dan Papua.
"Buku ini juga mengelaborasi mengapa Prabowo menjadi ancaman bagi masa depan demokrasi Indonesia dan apa yang sedang dipertaruhkan jika ia menjadi presiden," kata Man'uth kepada VIVA Gorontalo.
Menurut Man'uth, buku dan koran tersebut menjadi pengingat bagi demokrasi Indonesia.
"Buku ini menjadi pengingat bagaimana perjuangan demokrasi, perjuangan membebaskan bangsa ini dari otoritarianisme, bagaimana hak asasi warga untuk bisa hidup aman," ujarnya.
Man
- Istimewa
Khawatir
Namun, yang menjadi pertanyaan Man'ut ialah mengapa buku ini beredar saat Pilpres 2024 sebentar lagi bergulir.
Man'uth khawatir buku atau koran ini dimanfaatkan pihak tertentu untuk menjatuhkan lawan politik.
"Kami tidak persoalkan buku tersebut, yang kami persoalakan waktu pengiriman buku tepat di momen politik," jelasnya.
"Seolah isu ini hanya ada di momen politik dan menjadi komoditas yang menguntungkan salah satu paslon atau sekelompok orang," katanya.
Dirinya menambahkan, BEM Gorontalo tetap menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi.
Pemilu 2024, kata dia, merupakan sarana bersatu bukan berpecah.
"BEM Gorontalo tetap menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi. kami berharap momentum pesta demokrasi tahun ini menjadi momen persatuan bukan perpecahan," pungkasnya.