Sampah di Kota Gorontalo, Masalah sekaligus Peluang Usaha Menjanjikan

Meylan Botutihe
Sumber :
  • Franco Bravo Dengo

Gorontalo – Tumpukan sampah plastik dan barang bekas ada di mana-mana. Seorang wanita memilah-milah plastik yang ada di hadapannya, sementara dua orang pria bolak-balik memikul karung yang berukuran lebih besar dari tubuh mereka. Sore itu, Rabu (3/8/2022), bank sampah milik Meylan Botutihe beroperasi seperti biasanya.

Prakiraan Cuaca Gorontalo Senin 22 Januari 2024, Cek Sebelum Kehujanan

Meylan bersama suaminya mengelola bank sampah ini sejak tahun 2015. Lokasinya berada di Kelurahan Pulubala, Kecamatan Kota Tengah, Kota Gorontalo. Mereka sudah akrab jauh sebelum usaha ini berjalan seperti sekarang.

“Dari anak saya masih di perut, sampai sekarang sudah SMA (Sekolah Menengah Atas) kelas tiga saya sudah mengurusi sampah,” kata Meylan.

Koordinator BEM Gorontalo Soal Koran Achtung dan Buku Hitam Prabowo Subianto: Pengingat Demokrasi

Usaha ini benar-benar dibangun Meylan dari titik nol. Semuanya di mulai dari kampung. Meski dalam keadaan hamil, pekerjaan memungut sampah tetap Meylan lakukan. Halaman belakang rumah-rumah warga, di selokan, di lumpur, dan di tempat-tempat bisa dibilang jadi ladang cuannya.

Meylan tidak berhasil di kampung dan memutuskan hijrah ke Kota Gorontalo. Pilihan itu terbilang tepat lantaran Kota Gorontalo menjadi produsen sampah dengan jumlah tertinggi di Provinsi Gorontalo.

Dampak Negatif Penggunaan Tisu Toilet yang Harus Diketahui, Risikonya Bisa Berakibat Infeksi Parah

Sepanjang tahun 2021 saja, Dinas Lingkungan Hidup Gorontalo mencatat 140 ton sampah dihasilkan Kota Gorontalo dalam sehari. Sayangnya, sebagian besar belum terkelola, hanya 70 ton yang bisa terangkut. Fakta ini menimbulkan beragam sorotan kepada pemerintah.

Seorang peneliti di Department of Ecologiy and Disaster Management, Institute for Humanities and Development Studies (InHIDES) Mohamad Rifaldy Hipy sampai menymatkan status darurat sampah di Kota Gorontalo.

“Kalau kondisi sampah di Kota Gorontalo tetap seperti itu, dalam satu tahun ada 25,550 ton sampah tak terkelola. Kondisi ini bisa membahayakan lingkungan dan kesehatan masyarakat,” jelas dia.

Tingginya produksi sampah di Kota Gorontalo justru membuka peluang bagi Meylan. Terbukti profit usahanya meningkat tajam. Meskipun sampah identik kotor dan bau busuk, tapi di tangan Meylan semua terbalik.

“Saya bisa bangun rumah, bisa sekolahkan anak-anak, bisa mempekerjakan orang-orang, semuanya dari sampah,” ujar Meylan.

Bank sampah milik Meylan punya kontribusi besar dalam membantu penanganan sampah di Kota Gorontalo. Di antaranya membuat lingkungan lebih bersih, mengedukasi masyarakat soal sampah menjadi bernilai ekonomis.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebut, bank sampah tidak hanya berkontribusi dalam pengurangan sampah nasional sebesar 1,7%  (1.389.522 ton/tahun), bank sampah ternyata juga punya nilai manfaat dari segi ekonomi dengan menghasilkan pendapatan rata-rata Rp1.484.669.825 per tahun.

Usaha Meylan dan suami berjalan beriringan dengan penanganan sampah di Kota Gorontalo. Kisahnya menjadi pengingat akan ancaman sampah, khususnya plastik bagi lingkungan.

“Selama manusia ada, pasti sampah juga akan tetap ada,” sebut Meylan.