Berhasil Menantang Stigma, Mimpi Tukang Ojek Pinogu Setelah Jadi Anggota Polri
- Yakub / VIVA Gorontalo
Melawan stigma
Pada kegagalannya yang pertama, Ismet sempat dilabeli ‘polisi tidur’. Artinya, dia tidak punya sisi jadi polisi kecuali polisi tidur. Itu lantaran kondisi di sekitarnya jauh dari yang namanya sejahtera baik dari ekonomi dan pemikiran. Bukan itu saja, di mata orang untuk menjadi polisi perlu persediaan materi yang cukup. Keresahan ini bahkan muncul dari mulut ibunya sendiri.
Ibunya yang sempat punya usaha warung kecil-kecilan meragukan keputusannya mendaftar ulang polisi. Seakan kegagalan di awal masih membungkus perasaannya, ditambah kondisi ekonomi keluarga yang kurang mampu.
Bagi Ismet stigma maupun keresahan tersebut bukan liang lahat untuk mengubur mimpi. Penghasilan dari tukang ojek dipakai mengurus segala keperluan pendaftaran Polri. Ibunya cuma punya modal doa mengantarnya ke gerbang Polda Gorontalo membawa berkas.
“Orang tua mendukung, tapi karena ada isu-isu (masuk polisi) harus ada uang makanya saya kasi yakin, tenang saja. Untuk urus pendaftaran, mulai dari foto copy administrasi dan lain-lain, itu saya ngojek,” katanya.
Ismet bercerita, suatu hari Bhabinkamtibmas di kampung meneleponnya. Dia diberitahu bahwa ada rombongan Polda Gorontalo ke Pinogu. Mereka butuh tukang ojek dan pemandu. Melihat ada peluang, Ismet menerima tawaran tersebut.