Tentang Yayat: Pulang Terlanjur Cinta Tak Pulang Rindu

Yayat melayani pembeli anak-anak
Sumber :
  • Gorontalo VIVA

Biar hujan tetap jualan

Photo :
  • Gorontalo VIVA

Pulang Terlanjur Cinta Tak Pulang Rindu

Tentang Waktu

Menjadi manusia berdikari dengan segala macam konsekuensi di tanah rantau sudah Yayat rasakan. Besarnya tekad merantau seakan menegaskan: bahwa dia ingin memiliki kehidupan sendiri dan tidak ingin begitu terikat dengan keluarga, sekalipun tidak lahir dari keluarga perantau.

Yayat hanya satu dari sekian banyak perantau di Gorontalo. Bagi mereka, pulang menjadi periode sakral yang tidak boleh dihilangkan. Yayat hanya mengalami periode sakral itu tiga kali sampai sekarang. Pernah berencana membawa Elan tinggal di Banten, tapi gagal. 

Jubir PSI Curhat Harga Nasi Ayam 2 Porsi Rp155 Ribu, Langsung Dijawab Pemilik RM

“Dulu bilang ke mama kalau mau tinggal di sana (Banten) saja. Mau cari kerja di sana. Tapi tidak boleh. Mungkin karena Elan anak perempuan satu-satunya.” 

Gorontalo terlalu baik karena menjadikannya “sesuatu” di tanah rantau. Banten juga sama, telah lebih dulu baik memberi dia izin pergi bertemu orang-orang yang membuatnya terlanjur cinta.

Menparekraf Sandiaga Uno: Industri Makanan, Industri Masa Depan

Di Banten pula, laki-laki yang mengantarnya dengan setumpuk doa dan nasihat sedang menikmati senja di musim rindu yang hampir sewindu. Dia adalah bapaknya Yayat yang selalu memintanya kembali pulang membawa menantu dan cucu tercinta. 

“Namanya juga orang tua, bapak juga pasti rindu. Mungkin karena sendiri. Bapak pengen sekali ketemu adek. Maunya adek tinggal di sana, sekolah di sana,  apalagi cucu pertama.”